(Ternyata Tuhan suka bercanda)
Dua hari lalu saya pergi sendirian ke supermarket untuk membeli pempers dan beberapa keperluan bayi. Sambil mendorong kereta, saya mengumpulkan semua barang yang terdapat dalam daftar belanjaan yang sudah ditulis lengkap oleh istri. Karena tidak biasa belanja, maka saya harus bolak-balik untuk mencari letak barang-barang tersebut satu persatu di rak pajangan.
Saat berputar-putar menyusuri lorong rak-rak yang tinggi, mata saya melihat ada discount satu buah favorit saya, yaitu duren monthong. Harganya Rp 1,400 per 100 gram. Cukup murah untuk buah duren di bulan Juli ini. Memang sedang bukan bulannya musim duren, jadi mungkin duren ini didatangkan dari Thailand atau dari Warso farm Bogor.
Saya suka duren monthong bukan karena anti duren lokal, seperti duren Lampung yang banyak dijual di Jakarta pada akhir tahun, duren petruk di Jepara, atau duren semar dari Gunung Pati. Duren monthong dijamin bijinya kecil, dagingnya tebal dan rasanya manis. Makan satu buah saja rasanya sudah puas. Dibandingkan dengan duren lokal, harus pintar memilih dan susah menemukan yang betul-betul bagus. Memang harga satu duren monthong beberapa kali lipat dibanding harga duren lokal, tetapi itu sebanding kualitas yang bisa dipastikan.
Saya kemudian ambil satu duren yang matang dan bagus sesuai dengan pilihan penjaga counter, kemudian ditimbang beratnya sekitar 4.2 kilo, lumayan besar. Petugas counter memasang stiker harga di batang duren, dan saya melanjutkan belanja sampai semuanya terkumpul.
Sesampai di rumah, barang belanjaan diturunkan dan saya bersiap menikmati duren monthong yang aromanya menusuk hidung. Saya panggil istri saya untuk bersama menikmati duren itu, tetapi anehnya dia menolak. Baru saya ingat kalau waktu itu tekanan darahnya naik, karena selalu begadang menyusui bayi - jadi dilarang makan duren. Sedangkan penggemar duren lainnya, yaitu anak saya Yezki dan Yema sedang berlibur di Semarang.
Saat itu saya hanya bisa memandang duren dengan nafsu makan yang sudah lenyap, karena tidak ada lawannya. Semua orang yang saya kasihi tidak ada yang menemani; satu sedang darah tinggi, yang dua pulang kampung. Bibi yang biasa membantu sore itu juga sudah pulang. Pembantu juga sedang pulang kampung, karena kakaknya menikah. Akhirnya duren itu saya masukkan ke dalam plastiknya lagi, dan letakkan di dapur.
Istri saat ke dapur melihat duren itu tahu bahwa saya tidak makan kalau tidak ada temannya. Kemudian dia mengingatkan saya kalau pak pendeta suka duren. Daripada dibiarkan saja tergeletak di dapur, lebih baik diantar ke rumah pendeta. Karena itu ide yang bagus, jadi saya segera mengantar duren monthong itu ke rumah pak pendeta. Hari itu berlalu tanpa ada sesuatu yang spesial.
Hari berikutnya, pagi-pagi sekali bu pendeta telpon istri saya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah dikirimi duren monthong. Diceritakan juga, bahwa paginya pak pendeta bilang ingin makan duren - tapi sekarang karena sekarang bulan Juli, bukan waktunya musim duren, jadi keinginan itu terpaksa ditangguhkan. Akan tetapi kemudian rupanya pada malam harinya saya datang untuk memberikan duren monthong yang besar. Itu adalah hal yang luar biasa, karena Tuhan memberikan tepat seperti apa yang diinginkan hambaNya walaupun saat itu sedang bukan musimnya.
Saat saya saat diberitahu istri mengenai hal itu - jadi tertawa sendiri. Rupanya saya punya Tuhan itu asyik juga; ternyata Tuhan suka bercanda - karena untuk memenuhi keinginan hambaNya Dia merancang sebuah rangkaian peristiwa yang unik. Tiba-tiba saja saya tertarik untuk membeli duren monthong, tetapi saya lupa kalau di rumah tidak ada yang bisa menemani saya makan. Istri sedang pantang makan duren, anak-anak mudik ke Semarang dan pembantu pulang kampung. Saat itu nafsu makan duren jadi hilang. Kemudian istri mengingatkan supaya duren itu diberikan ke pak pendeta saja, sehingga terwujudlah keinginan pendeta untuk makan duren.
Jika dirunut, itu bukanlah suatu kebetulan - tetapi ada tangan yang tidak terlihat yang menggerakkan kejadian demi kejadian dengan rapih. Sebuah tangan yang penuh kasih dari surga, dan itu adalah tangan Tuhan sendiri - seorang Sutradara Agung dibalik semua aliran kasih dan sukacita bagi semua anak yang dikasihiNya.
"Bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu" (Mzm. 37:4)
GBU
Indriatmo