NASI BUNGKUS

Ada banyak keinginan, ada banyak maksud, ada banyak cara, ada banyak perbuatan,
yang bila semua itu tidak berdasarkan motivasi kepada Allah, akan sangat lemah dan
menimbulkan kekacauan.
Seorang teman dari Indonesia bercerita tentang tragedi nasi bungkus. Saya tidak
menceritakan detil kejadiannya, kapan dan dimana, tetapi lebih mengambil hikmah
yang ada dari cerita ini. Jadi tidak sama persis dengan aslinya, sehingga tidak ada
yang merasa terganggu.

Ada penduduk yang terkena bencana alam, membutuhkan bantuan secepatnya. Bagi
korban bencana, tersedianya tempat berteduh, makanan, pakaian yang layak adalah
kebutuhan yang paling mendesak. Cerita bermula dari seorang dermawan, yang ingin
membantu para korban bencana alam tersebut, dengan menyediakan makanan. Dan
tragedi terjadi pada saat menu makanan adalah nasi bungkus. Si pemberi memberikan
nasi bungkus dengan harapan meringankan penderitaan korban.
Tetapi si korban ternyata mempunyai pikiran lain, dia menerima pemberian itu, tetapi
merasa sayang untuk langsung mengkonsumsinya, dengan pikiran, untuk bekal nanti
malam. Jadinya, nasi bungkus itu sebagian disimpan untuk makan malam.

Pada keesokan harinya, si korban menderita diare dengan hebatnya, dan setelah diperiksa
ternyata gara-gara makan nasi bungkus yang sudah basi. Cerita tidak akan berkembang
jika tidak ada orang yang mempermasalahkan. Karena sebagian korban bencana juga tahu
bahwa itu murni kesalahan mereka sendiri, kenapa mengkonsumsi makanan yang tidak
tahan lama. Tetapi bagi masyarakat di luar kejadian, hal ini adalah cerita luar biasa dan
layak untuk dipermasalahkan.

Pemahaman yang beredar adalah siapa pelaku dalam artian si pemberi makanan yang
sangat kejam dan tidak berhati nurani, memberikan makanan yang sudah basi kepada
para korban bencana alam. Semua orang juga tahu bahwa korban bencana alam adalah
sangat menderita, mengapa masih ada yang tega menambah penderitaannya.
Dan mereka pun sibuk mencari tahu, bergunjing, mengumpat dan mungkin mengutuk
diam-diam karena sangat kasihan pada korban.

Dari cerita nasi bungkus ini, saya melihat kenyataan dimana masih banyak orang-orang
yang punya pikiran demikian. Sengaja mencari-cari kesalahan, membesar-besarkan masalah,
memperlihatkan kepedulian dan cinta kasih kepada sesama, di atas kejadian yang mereka
sendiri tidak tahu persis kebenarannya. Fokus mereka adalah fakta, dan mereka berhak
untuk melakukan apa saja untuk membenarkan fakta yang terlihat. Kita cenderung menyoroti
masalah, tetapi lupa kepada inti dan sebab musabab masalah itu ada.

Karena motivasi yang tidak benar, kita menjadi tidak hati-hati dalam melakukan penilaian,
padahal Tuhan sudah mengajar kita untuk jangan menilai. Karena kurang hati-hati dalam
menerima berkat, nasi bungkus yang sesungguhnya berkat bisa berubah menjadi celaka.
Bagi para korban, tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi karena pada kenyataannya
demikian. Tetapi bagi orang lain, masalah ini akan terus berkembang dan menjadi hal yang
potensial untuk dijadikan masalah. Dari nasi bungkus, kita bisa melihat dua hal, yaitu
berkat dan celaka. Motivasi yang baik, tidak melulu menghasilkan situasi yang baik. Selalu
ada dua kemungkinan yang akan berkembang, yaitu baik dan tidak baik.

Mengarahkan segala motivasi kita kepada Tuhan, tidak akan membawa kita kepada kekecewaan.
Sebaliknya, jika kita mempunyai motivasi kepada keinginan tertentu, bersiap-siaplah untuk
kecewa jika apa yang dihasilkan adalah sesuatu yang tidak baik.

naOmi
November 4, 2007