IKATAN ROH DI DALAM BENDA TUMPAS/JIMAT

Orang seringkali terpaku kepada keberadaan fisik jimat-jimat yang bisa memberikan kekuatan dan pelindungan magis. Ada orang-orang Kristen yang setelah memahami kebenaran Firman Tuhan kemudian membakar/membuang jimat-jimat yang dimilikinya. Mereka merasa dengan membuang begitu saja jimat-jimat yang dimiliki maka masalah keterikatan akan okultisme bisa diputuskan. Padahal yang berkuasa bukanlah benda-benda itu melainkan isi yang ada di dalamnya (roh setan) -- dan paling menentukan adalah keterikatan hati pemiliknya!

Jika orang menerima jimat/benda tumpas maka roh setan yang ada di benda itu akan masuk ke dalam pemiliknya. Ketika si pemilik hanya menghancurkan benda itu tetapi tidak menolak roh jahatnya, maka roh setan akan tetap tinggal di dalam tubuhnya. Begitu juga jika seseorang terpaksa untuk meghancurkan benda-benda tumpas, sementara hatinya masih terikat (merasa sayang) maka tubuhnya tetap terbuka bagi ikatan roh setan untuk masuk. Jadi yang utama adalah KERELAAN HATI (Free Will), apakah mau melepaskan jimat/benda-benda tumpas secara sukacita atau tidak.

Dalam setiap pelayanan, baik itu pelayanan Pelepasan dan Pemulihan maupun pelayanan menghancurkan benda-benda tumpas, kita selalu bertanya: "Apakah ybs. bersedia dilayani atau tidak?" Jika tidak maka, sekalipun roh setan sudah diusir dan dilepaskan, maka mereka akan balik lagi karena "diambil lagi" oleh pemiliknya yang hatinya masih menyayangi benda-benda tumpas maupun perbuatan dosa/kecemaran yang dilakukan.

"Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya." (2 Petrus 2:22)

Selama pelayan PD Yoel ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, sekalipun kita sudah menyampaikan dasar Firman dengan panjang lebar, tetapi ketika kita tanyakan: "Apakah ybs. bersedia dilayani atau tidak?" -- tetap saja ada yang menolak. Mengapa begitu? Karena setelah dilayani, kita menyampaikan bahwa ybs. harus menjaga kekudusan hidup dan melakukan Firman Tuhan dengan setia. Jika tidak bersedia, maka tubuhnya akan kembali terbuka dan tujuh setan yang lebih jahat akan masuk membuat keadaannya lebih buruk dari semula. Bahkan Tuhan Yesus sendiri juga menyampaikan hal yang sama, "Jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yohanes 5:14) Ternyata memang banyak orang Kristen yang tidak MAU meninggalkan cara hidup berdosa dan cemar yang selama ini dinikmatinya, daripada melepaskan semuanya dan masuk di dalam hidup yang berkemenangan bersama kuasa kasih Kristus.

"Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini." (Matius 12:43-45)

Ada satu pengalaman ketika kita mendoakan seorang opa (83 tahun) mantan pilot TNI AU. Ketika si opa di Ambon, karena masa "pergolakan fisik NKRI" dia "melindungi diri" dengan menerima ritual "kain merah" - semacam selendang sebagai jimat tolak bala. Dalam penerbangan, beberapa kali pesawatnya diserang lawan ditembaki tapi tetap selamat. Dia masih hidup sampai sekarang sementara teman-teman seangkatan sudah meninggal.

Dia memang selamat, tetapi kehidupannya berada di tangan roh setan. Dia menikah lagi dengan istri kedua setelah punya anak-anak (sekalipun dia orang Kristen), dan sekarang anak cucunya berada dalam pergumulan hidup yang berat. Itu adalah "harga" yang harus dibayar untuk semua perlindungan yang sudah diberikan oleh roh setan.

Karena si opa merasa "waktunya sudah dekat", maka tahun lalu dia membakar "kain merah" miliknya. Tetapi setelah membakar kain itu, tubuhnya langsung drop dan emosinya tidak terkendali. Oleh cucunya, kita diminta untuk melayani si opa. Di dalam doa, Tuhan Yesus memperlihatkan di tubuh roh-nya terdapat kain merah seperti selendang. Selain itu ada juga roh setan berdiri di luar yang "menjaga"nya, bentuknya seperti minatour, manusia berkepala banteng. Rupanya ketika si opa membakar jimat kain merah yang dimiliki, roh setan yang sudah pindah ke dalam dirinya "marah" dan mulai membuat berbagai penderitaan hidup dan fisik. Sekalipun jimat kain merah sudah dibakar, tetapi roh setan tidak otomatis lenyap karena belum diusir melalaui didoakan pelepasan. Setelah didoakan dan si opa dibimbing untuk mengucapkan kata-kata "penolakan terhadap jimat-jimat" yang dimiliki, maka "kain merah" itu jatuh lenyap dan si minatour yang di luar juga lenyap.

Dalam kesempatan yang lain kita juga melayani orang-orang Kristen yang pernah menerima jimat-jimat maupun susuk dari dukun. Menurut pengakuan mereka, semuanya sudah dibuang dan dibakar, tetapi pada saat didoakan roh setan dari jimat/susuk tetap bercokol di dalam diri mereka sampai dilayani doa Pelepasan dan Pemulihan.

Jadi jika orang Kristen pernah membuka diri untuk menerima jimat-jimat, maka yang dihadapi pertama kali adalah roh setan yang ada di dalamnya yang sudah pindah ke dalam diri. Sekalipun jimat-jimatnya sudah dibakar dan dihancurkan tapi kalau roh setannya belum dilepaskan, maka mereka masih akan tetap bercokol di dalam tubuh pemiliknya.

Terhadap orang Kristen yang memiliki jimat-jimat/susuk, ada dua langkah untuk melepaskannya :

(1) - Langkah pertama yang penting dilakukan adalah melepaskan ikatan roh setan yang sudah masuk dengan doa Pelepasan dan Pemutusan. Sebaiknya doa ini dilayani oleh hamba Tuhan (Orang yang terikat tidak bisa melepaskan dirinya sendiri). Selain hamba Tuhan berdoa memutuskan ikatan roh setan yang ada di jimat/susuk, ybs. juga mengucapkan kata-kata pelepasan, "Aku melepaskan dan menolak semua ikatan jimat/susuk di dalam nama Tuhan Yesus. Tubuh, jiwa, roh dan kehendak bebasku sekarang ini hanya menjadi milik Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus."

(2) - Langkah kedua, Hamba Tuhan atau ybs. membakar/meghancurkan/memusnahkan jimat/susuk yang dimiliki dengan minyak urapan di dalam nama Tuhan Yesus.

Dalam pelayan yang lain, kita mendoakan seorang anak muda yang menyimpan kain kafan. Kain itu diterima pada waktu dia mengikuti sebuah aliran silat, panjangnya 2 meter dan ditulisi namanya, tanggal lahir, dsb. (tulisan rapal). Selain sebagi "pelindung diri", katanya kain itu digunakan untuk membungkus tubuhnya kalau mati. Sebelumnya anak muda ini pernah dilayani Pelepasan dan Pemulihan, jadi kita tanya mengapa waktu itu dia tidak membakar kain kafan itu. Dijelaskan, dia merasa takut karena ada banyak kasus, orang yang membakar kain kafan yang diterima, menjadi gila. Setelah itu kita doakan, ternyata memang roh kekerasan dan kematian yang berasal dari kain itu masih ada di tubuhnya. Di dalam doa ikatan roh setan dilepaskan di dalam nama Tuhan Yesus. Setelah pelayanan, keadaan kain itu di dalam roh seperti kain biasa pada umumnya, kemudian kita hancurkan dan dibuang di tempat sampah.

Jadi mengenai jimat-jimat atau susuk, masalah utama bukanlah bendanya tetapi roh setan yang ada di dalamnya. Untuk membersihkan, yang pertama dalah melepaskan ikatan roh yang sudah masuk di dalam doa, baru setelah itu jimat/susuk dibakar/dihancurkan di dalam nama Tuhan Yesus.

Tetap semangat di dalam Firman Tuhan dan Langkah Iman.

Maranatha!
(Indriatmo)

* * * * *

Nk L 2013/01/09 16:11 wrote:

Terima kasih pak Atmo untuk uraiannya yang jelas.

Hal ini semakin meneguhkan saya. Bulan lalu kami konseling dengan pendeta kami. Sebelum dilayani, beliau bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya sewaktu kuliah di Amerika (ambil program doktor), di mana ada salah satu gereja yang jemaatnya selalu saja bertengkar, dan hal-hal lainnya yang tidak menjadi berkat. Ketika ditelusuri asalnya, ternyata bangunan gereja tersebut dibangun di atas lahan tanah yang dulunya adalah tempat pemujaan. Setelah mereka mengikat dan berdoa akan tempat tersebut maka gereja itu pulih kembali.

Salah satu yang beliau ingatkan kepada kami juga, yaitu mengenai barang-barang yang kami simpan (barang-barang tumpas seperti yang pak Atmo jelaskan). Dan betapa terkejutnya saya, ketika suami saya bercerita, bahwa kalung peninggalan almarhum papanya (yang selalu dipakai papanya) itu disimpan oleh suami saya untuk kenang-kenangan. Suami saya menjelaskan kalau dulu almarhum papanya punya satu ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapa pun kecuali oleh suami saya. Almarhum papanya itu kuat sekali magicnya. Sesudah kami dilayani, lalu kami pulang ke rumah, mencari hampir beberapa hari untuk kalung tersebut, dan akhirnya ditemukan. Lalu suami saya berdoa dan membuang kalung tersebut -- padahal suami saya tidak percaya hal-hal okultisme seperti ini sebelumnya.

Lalu saya juga diingatkan Tuhan, tentang mainan anak saya yang dibeli suami saya lewat online 1 tahun yang lalu. Mainan berbentuk domba karet yang bisa dinaiki, dengan warna merah menyala, dengan goresan seluruh karet tersebut dengan tulisan 666, domba dengan muka evil yang mengerikan. Dulu waktu suami saya pesan, saya sempat protes karena melihatnya saja sudah tidak damai sejahtera. Akhirnya setelah berdiskusi, kami berdoa dan membuang benda tersebut ke bak sampah di depan rumah.

Saya pikir masih ada satu lagi giok dari mertua saya yang harus didoakan dan dibuang juga ...

Puji Tuhan, setelah melewati ini semua, kami merasakan damai sejahtera, ikatan kasih keluarga semakin harmonis..

Salam.

* * * * *